Produk yang memiliki label halal akan memberikan rasa aman bagi para konsumen yang mengonsumsinya. Selain penting untuk konsumen, pencantuman label halal juga penting bagi produsen untuk memperoleh kepercayaan dan loyalitas dari konsumen. Selain itu, daya saing produk halal di Indonesia lebih tinggi daripada produk yang tidak mencantumkan label halal.
Setiap produk memiliki titik kritis kehalalannya masing-masing. Apa itu titik kritis kehalalan produk? Titik kritis kehalalan produk merupakan suatu fase dalam proses produksi yang bersifat halal dalam memproduksi minuman, makanan, obat-obatan, dan lain sebagainya.
Titik kritis ini sangat penting dan wajib diawasi dengan ketat. Jangan sampai proses pengolahan atau penambahan bahan dalam pengelolaan suatu produk malah akan membuat produk tersebut menjadi haram untuk dikonsumsi konsumen.
Beberapa produk memiliki titik kritis kehalalan yang lebih tinggi daripada produk lainnya, sehingga harus lebih diperhatikan. Berikut ini produk yang titik kehalalannya harus lebih diperhatikan!
1. Roti
Proses pembuatan roti pasti memerlukan ragi sebagai bahan pengembang bagi adonan roti. Ragi yang digunakan biasanya memiliki kandungan emulsifier yang berasal dari tulang hewan dan bersifat syubhat (terdapat keraguan di dalamnya). Selain ragi, perhatikan juga cake emulsifier yang biasanya digunakan sebagai bahan untuk melembutkan adonan roti.
Oleh karena itu roti merupakan produk yang harus lebih diperhatikan lagi titik kritis kehalalannya. Jangan sampai bahan dasar dari ragi dan cake emulsifier tersebut ternyata berasal dari hewan yang haram, seperti babi.
2. Madu
Di pasaran ada yang menjual madu asli (tanpa bahan campuran) dan madu yang tidak murni. Nah, madu yang perlu diperhatikan titik kritis kehalalannya adalah madu yang tidak murni karena sudah dicampur beberapa bahan tambahan.
Bahan tambahan yang biasanya dicampurkan di dalam madu adalah perisa sintetik yang terbuat dari turunan lemak hewan. Inilah yang harus diperhatikan!
3. Susu dan Produk Turunannya
Susu kemasan yang dijual dipasaran tentu bukanlah susu murni, tetapi susu yang sudah diolah dan diberi bahan-bahan tambahan. Perhatikan bahan tambahan yang ditambahkan di susu tersebut.
Waspadai penambahan perisa, mineral, asam amino, dan gelatin dalam proses pengolahan susu. Hal ini karena ketiga bahan tersebut berasal dari hewan.
Selain susu, perhatikan juga produk-produk turunan susu, misalnya keju. Proses pembuatan keju membutuhkan enzim rennet yang berasal dari lambung anak sapi. Enzim ini digunakan untuk menggumpalkan susu hingga menjadi keju. Waspadai cara penyembelihan sapi ini, apakah dengan cara halal atau haram?
4. Sirup
Sirup mengandung pemanis buatan yang harus diperhatikan titik kritis kehalalannya. Hal ini karena pemanis buatan tersebut umumnya terdiri dari asam amino yang diolah secara microbial. Proses ini menggunakan media pertumbuhan dari hewan.
5. Permen
Permen merupakan produk yang disukai oleh semua kalangan, baik itu anak-anak, remaja hingga orang tua. Permen yang dipasarkan pun memiliki warna yang beragam, mulai dari warna biru, merah, kuning, hijau, merah muda, coklat, dan lain sebagainya.
Warna-warna permen tersebut dapat berasal dari pewarna alami yang mengandung gelatin sebagai bahan penstabil. Nah, gelatin ini merupakan titik kritis yang harus diperhatikan karena berasal dari hewan.
6. Minyak Goreng
Proses pembuatan dan pengolahan minyak goreng membutuhkan bahan tambahan seperti beta karoten. Bahan tambahan ini merupakan pigmen kuning yang berasal dari wortel atau zat kimia sintetis.
Beta karoten bersifat tidak stabil, sehingga dalam pengolahannya biasanya ditambahkan bahan penstabil yang berasal dari hewan ternak. Hal ini membuat minyak goreng perlu diperhatikan lagi titik kritis kehalalannya.
7. Sereal
Sereal biasa dimakan untuk sarapan atau sebagai makanan ringan. Produk yang digemari banyak orang ini ternyata juga harus diperhatikan titik kritis kehalalannya.
Hal ini karena sereal mengandung vitamin dan mineral yang hewani atau berasal dari hewan. Selain itu, beberapa sereal juga mengandung gelatin sebagai bahan coating yang juga berasal dari hewan.
Produk-produk yang berasal dari hewan atau memiliki bahan tambahan hewani memang sudah sepantasnya mendapat perhatian dan pengawasan yang lebih ketat dalam pengolahan. Sedangkan produk yang berasal dari tumbuhan atau ikan lebih terjamin kehalalannya.
Meskipun demikian semua produk dari hewan, tumbuhan, dan ikan juga harus diperhatikan proses pengolahannya. Jangan sampai alat, bahan lain, kemasan, dan cara pengolahannya malah menjadi sumber titik kritis kehalalan atau menjadikan produk tersebut tidak halal.
Bagi para produsen makanan maupun minuman wajib memperhatikan status atau label halal untuk produk yang dihasilkannya. Perusahaan-perusahaan yang bekerja di bidang industri pangan juga wajib memiliki sertifikat halal untuk menjamin produk yang dihasilkannya.
Jika Anda ingin tahu lebih lanjut tentang sertifikasi halal, seperti Halal Assurance System (HAS) 23000 Anda bisa mengikuti berbagai pelatihan yang diselenggarakan oleh Catalyst Consulting.